CANDI NGETOS

0
1522
dokumentasi : juru pelihara candi ngetos

Terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, sekitar 17 Km arah selatan dari Kota Nganjuk. candi menghadap ke barat berdenah bujursangkar berukuran 10m x 10m, atap candi sudah runtuh. Pada bagian tubuh candi sisi selatan terdapat hiasan kala yang masih cukup baik, sedangkan sisi-sisi yang lain sudah tidak terdapat hiasan kala namun bekas-bekasnya masih jelas terlihat. Kala tersebut diletakkan direlungan. Dinding candi , kaki dan batur candi sebelah selatan relative masih utuh dan baik jika dibandingkan dengan sisi lainnya. Di kanan kiri pintu (sebelah barat) juga terdapat ceruk. Setiap ceruk pada bagian atas terdapat hiasan berupa stiliran, naga, makara yang dikombinasi dengan hiasan sulur gelung. Pintu candi berada disebelah barat, tangga menuju pintu terdapat runtuhan bata. Lebar pintu candi 67 cm. kaki candi berdiri di atas sebuah batur, dengan tangga masuk berada disisi barat (tangga keadaanya sudah rusak). Tangga ini berhubungan langsung dengan pintu masuk bilik candi. Bilik candi berdenah bujursangkar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m yang sekarang sudah kosong. Kaki candi sisi selatan dihiasi dengan bentuk geometris sedangkan untuk sisi yang lain hiasanya sudah tidak jelas. Batur candi polos.

Candi ngetos pertama kali diteliti pada tahun 1817 oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles. Waktu itu hanya disebutkan secara singkat bahwa keadaan candi ngetos yang terdiri dari dua bangunan itu sebagian sudah rusak, tanpa menyebutkan bagian yang mana. Secara berturut-turut candi ngetos dicatat dalam laporan belanda pada tahun 1868, 1898, 1913, 1914 dan 1917.

Didalam laporan Belanda menurut Hoerpermans disebutkan ada dua bangunan candi yang bentuknya sama (kembar) sehingga dinamakan Candi Tajum. Perbedaannya hanya dalam ukuran yaitu besar dan kecil, tetapi saat ini candi yang lebih kecil sudah hilang. Krom juga berpendapat bahwa di sekitar Candi Ngetos terdapat Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tanjung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi “m” tanpa merubah artinya. Hal ini sesuai dengan pendapat R.Soekmono yang menyatakan bahwa Raja Hayam Wuruk wafat, makamnya berada di Tanjung, daerah Berbek Nganjuk.

Kronologi secara tepat Candi Ngetos ini belum diketahui secara pasti, namun para Arkeolog menduga gaya bangunannya berasal dari abad XV dan diperkirakan sebagai candi pendharmaan Raja Hayam Wuruk. Agus Aris Munandar menggolongkan candi ini kedalam candi Majapahit tipe Singosari, dinamakan demikian karena wujud arsitekturnya yang menjadi cirri gaya ini mulai muncul dalam zaman kerajaan Singhasari dan terus bertahan hingga zaman Majapahit. Cirri yang menonjol dari gaya singhasari adalah :

  1. Bangunan candi utama terletak ditengah halaman, atau didaerah halaman , atau di daerah tengahnya yang sering tidak terlalu tepat.
  2. Bangunan candi terbagi tiga bagian, yang terdiri dari bagian kaki (upapitha), tubuh (stambha) dan atap yang berbentuk menjulang tinggi dengan tingkataan yang berangsur-angsur mengecil hingga puncak. Seluruh bangunan candi terbuat dari bahan tahan lama seperti batu, bata atau campuran keduanya.
  3. Ruang atau bilik utama terdapat di bagian tengah bangunan, terdapat juga relung di dinding luar tubuh candi tempat meletakkan arca dewata.

Menurut cerita rakyat, Candi Ngetos dibangun atas prakarsa Raja Hayam Wuruk, tujuan pembuatan candi sebagai tempat penyimpanan abu jenazahnya kela jika beliau wafat. Raja Hayam Wuruk ingin dimakamkan disana karena daerah Ngetos termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunugn Wilis yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatan candi diserahkan pada pamannya Raja Ngatas Angin, yaitu Raden Ngabei Selopurwoto, raja ini mempunyai patih bernama Raden Bagus Condrogeni dengan pusat kepatihannya terletak di sebelah barat Ngatas Angin.

SHARE
Previous articleMAKAM SENDANG DUWUR
Next articleARCA GANESA BORO