“Cerita Tantri” Pada Relief Candi

0
3306
sumber : jalankemanagitu.com

Persahabatan sapi (Nandaka) dengan Raja Hutan / Singa (Candapinggala)

Relief cerita binatang yang dipahatkan pada sejumlah candi di Jawa bersumber dari kumpulan “Cerita Tantri”, yang susastra asalnya adalah cerita ‘Tantri Kamandaka’. Demikian populernya kisah ini pada masa lalu (masa Hindu-Buddha dan masa berikutnya dalam bentuk cerita tradisional), maka Cerita Tantri hadir dalam bentuk susastra tekstual, visual, maupun oral. Bagian dari cerita tantri ini selain ada di Canti Jago juga reliefnya dipahatkan pada dinding kolam di belakang halaman III komplek Candi Panataran. Relief tersebut berupa seekor singa dalam hutan, dan seekor singa berhadapan dengan seekor sapi.

Relief cerita Tantri banyak hadir pada candi-candi semenjak Masa Pemerintahan Kerajaan Mataram hingga Majapahit. Pada percandian di Jawa Timur masa Majapahit, relief cerita Tantri kedapatan hadir di Candi Jajaghu, Penataran, Mirigambar, Surawana, Rimbi, bahkan di kepurbakalaan di Njawar (lereng selatan Semeru).

Dwi Cahyono mengungkapkan cerita tantri yang ada pada relief candi Jago, Malang bahwa Cerita Tantri merupakan ‘cerita berbingkai’. Adapun bingkai besar ceritanya adalah “Tantri Kamandaka atau Pancatantra”. Kisah ” Pertarungan Banteng VS Harimau” adalah salah satu di antara khasanah kisah dalam susastra Tantri. Cerita Tantri memulai kisah mengenai seorang Brahmana miskin dengan nama ‘Darmaswani’. Sang Brahmana memohon kepada Dewa Siwa agar diberikan berkah, berupa seekor kerbau jantan – dalam relief cerita tantri Candi Jago, hewan yang digambarkan lebih menyerupai banteng atau kerbau liar, ataupun kerbau hutan, yang dinamai dengan ‘Nandaka’. Berkat Nandaka, maka kehidupan Sang Brahmana menjadi makin makmur dan kaya. Suatu hari Sang Nandaka yang tengah menderita sakit ditinggalkan di tengah hutan oleh dua pelayan Darmaswani. Berangkat dari situ, dimulailah cerita mengenai para binatang di dalam hutan.

Adapun sinopsis kisah yang secara khusus berkenaan dengan “Pertarungan Banteng VS Harimau” yang dipahatkan di teras I sisi depan Candi Jago adalah sebagai berikut.

Tersebutlah seekor singa – pada relief cerita tantri Candi Jago lebih menyerupai macan (harimau) daripada anatomi singa –yang bernama ‘Candapinggala’. Ia adalah Raja Margasatwa dan sekaligus Penguasa Hutan. Candapingga mengikat persahabatan dengan Nandaka. Namun uniknya, demi persahabatannya itu, Sang Singa bahkan rela untuk tidak memakan daging, dan memulai makan tumbuh-tumbuhan. Patih dari sang raja hutan itu bernama ‘Sambada’, yakni seekor srigala. Ia merasakan adanya perubahan pada perilaku Sang Singa karena persahabatan singa dengan kerbau. Hal ini bisa mengancam eksistensinya, sebab srigala yang terbiasa memakan daging sisa santapan dari Singa tak lagi mendapatkan santapan daging sisa santapan singa manakala singa beralih konsumsi rumput. Oleh karena itu, dengan akal liciknya dia ‘mengadu domba’ Nandaka dan Singa, hingga mereka saling membunuh.

Selain pada candi Jago, relief tantri juga ada pada Candi Penataran yang dipahatkan  pada dinding kolam di belakang halaman III komplek Candi Panataran. Relief tersebut berupa seekor singa dalam hutan, dan seekor singa berhadapan dengan seekor sapi. ceritanya dimulai dari seorang brahmana yang sangat miskin bernama Dharmaswami. Ia sangat tekun memuja dewa Siwa agar menjadi kaya, Dewa Siwa mengabulkan permohonannya dengan mengatakan apapun yang akan ditemuinya pertama kali di jalan itu menjadi miliknya. Ia menemukan seekor lembu jantan anak Nandini  yang bernama Nandaka, kemudian sapi itu digunakan sebagai muatan kayu dari hutan yang akan dijual ke kota. Akhirnya dia menjadi kaya raya dan mempunyai banyak lembut dan pedati.

Suatu hari dia pergi bergadang ke kota Udyani Malawa membawa seribu pedati. Kota itu sangat jauh melalui banyak sungai, hutan, gunung,  jurang, lurah, dan lembah sehingga sapi Nandaka kehabisan tenaga dan jatuh karena terlalu banyak muatan. Sang Darmaswami tidak sabar menunggu, Nandaka ditinggalkan dengan dua orang pembantunya Teka dan Pinet dengan pesan kalau bisa sembuh dan kuat berjalan supaya menyusul, tetapi jika tidak supaya dibakar mayatnya. Karena Teka dan Pinet takut akan adanya binatang buas di hutan itu, maka dia ingin cepat- cepat menyusul tuannya. setelah sampai pada tuannya mereka mengatakan bahwa Nandaka telah mereka bakar dan asapnya masih tampak mengepul. Darmaswami percaya pada kata-kata pembatunya itu.

Setelah di nandhakaNandaka masuk kehutan Udyani, bertemu dengan tentara serigala yang sedang mencari kan masa binatang untuk raja hutan / singa bernama Candalinggala. Para tentara serigala itu menyerang Nandaka tetapi Nandaka sangat kuat dapat mengalahkan tentara serigala itu. Tentara serigala itu melapor pada rajanya. keesokan harinya singa canda pinggala diiringi oleh patihnya serigala bernama Sambada dan tentaranya mnandaka Nandaka mengajak damai dan mengikat tali persahabatan.

Mula-mula Nandaka ragu karena singa makanannya daging, suka dengan kekayaan dan kekuasaan, sedangkan dirinya makan rumput dan binatang hina. Tetapi setelah dibujuk dan sang singa berjanji mau makan dedaunan maka Nandaka mau bersahabat dengan singa Candapinggala. Mereka dapat hidup rukun kemanapun tidak terpisah, merasa senasib sepenanggungan, tidak ada yang menjadi tuan dan hamba.

Sebenarnya cerita ini masih ada kelanjutannya tetapi reliefnya tidak digambarkan di kompleks Candi penataran. secara singkat kelanjutan cerita itu akhirnya persahabatan antara Nandaka dan Candapinggala  hancur dan mereka mati bersama karena hasutan dari Pati serigala bernama Sambada yang iri melihat kerukunan mereka.Mereka saling seruduk dan terekam, nyawa nandaka kembali ke kahyangan Dewa Siwa dan nyawa Candipanggala ke kahyangan Dewa Wisnu. Sedangkan tubuh mereka dimakan oleh para serigala Patih sambada dan tentaranya. Akhirnya mereka pun mati kekenyangan, nyawa sambadha kembali ke Walukarnawa Tambragomuka  muka menjadi kerak kancah neraka yang maniloka menderita siksaan.

DAFTAR  PUSTAKA :

  1. https://nusadaily.com/essay/belajar-bijak-dari-relief-cerita-tantri-candi-jago-waspadai-siasat-adu-antar-anak-negeri.html, diakses bulan November 2020
  2. https://mblusuk.com/988-Relief-Kisah-Tantri-di-Petirtaan-Candi-Penataran.html, diakses bulan November 2020
  3. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/96423, diakses bulan November 2020
  4. https://fliphtml5.com/vdoyx/hanw/basic/151-173.
  5. Menengok Masa Lalu di Candi Penataran | Jalankemanagitu.com (wordpress.com)