JEMBATAN PLENGKUNG RIWAYATMU DULU

0
1926
Foto : Jembatan Plengkung Mangunsari di Kabupaten Tulungagung

Jembatan Plengkung Mangunsari menjadi saksi bisu sejarah perang kemedekaan, jembatan tersebut membentang sepanjang 45 meter di atas Sungai Ngrowo. Jembatan yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1925 difungsikan sebagai penghubung pusat pemerintahan dengan pusat perdagangan.

Nama Plengkung diambil dari bentuk setengah lingkaran yang ada di setiap sisinya (masing-masing ada tiga plengkung = tidak lurus/setengah lingkaran) yang berfungsi sebagai pembatas/pengaman jembatan. Oleh masyarakat setempat keberadaan Jembatan Plengkung selalu dikaitkan dengan sosok Kyai Abdul Fatah (tokoh Islam) yang dengan kesaktian dalam dirinya membuat lompatannya mampu menjangkau lebar sungai (45 meter) serta kekuatan doa dan manteranya yang telah memberi kekuatan pada konstruksi jembatan tersebut hingga masih tetap kokoh dan terlihat hingga saat ini.

Pada masa pendudukan Jepang, sekitar tahun 1942 jembatan tersebut pernah ingin dihancurkan oleh Belanda agar tidak jatuh ke tangan tentara Jepang. Jembatan Plengkung di bom dinamit oleh Belanda  untuk mengacaukan pemerintah Jepang dan memutuskan hubungan pusat perdagangan dengan pusat pemerintah tetapi tidak membuat bangunan roboh hanya retak dibeberapa bagian.

Jembatan Plengkung saat ini mempunyai fungsi terhadap aktivitas perekonomian masyarakat Kabupaten Tulungagung. Pada era kini, fungsi penting jembatan Plengkung sebagai penghubung antara dua pasar tradisional yang sangat ramai pengunjung, yaitu pasar Wage dan pasar Ngemplak. (oddimahngrowo.wordpress.com).