Candi Jago terletak di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Candi ini sering di sebut dengan Candi Jajagu yang di dalam kitab Negarakertagama sebagai tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana daru kerajaan Singosari yang wafat tahun 1268 M. Candi ini berdenah empat persegi panjang menghadap ke Barat. Bangunannya di dirikan di atas batur berteras tiga semakin ke atas, sehingga di masing masing teras terdapat selasar untuk mengelilingi candi. Teras atas ketiga agak bergeser kebelakang merupakan teras suci. Susunan bangunan yang berteras teras ini yang bertitikan sakral di belakang mengingatkan pada bangunan “punden Berundak”.
Cerita ini dipahatkan pada Candi jago bagian penampil menghadap ke selatan, menggambarkan satu angsa yang membawa terbang kura-kura dengan cara mengigit sebatang ranting di paruhnya, sedang kura-kura menggigit ranting di kanan-kirinya, serta terdapat juga relief burung pelikan dan beberapa srigala. Relief tersebut menceritakan tentang keinginan dua kura kura yang ingin terbang melihat burung pelikan, tetapi kedua kura kura tersebut tidak mempunyai sayap untuk terbang.
Kura-kura jantan bernama Durbudi dan betina bernama Kacapa bertempat tinggal di danau Kumudawati yang sangat permai. Mereka bersahabat dengan angsa jantan bernama Cakrangga dan betina bernama Cakranggi yang berkeliaran mencari makan di danau itu. Pada waktu musim kemarau semakin keringlah air di danau. Angsa mencoba minta diri kepada kura-kura kalau akan pergi ke telaga Manasasara di Gunung Himawan yang airnya jernih dan dalam, tidak akan kering pada musim kemarau. Mendengar hal itu kura-kura mohon diperbolehkan ikut pergi. Burung pelikan pun menyetujuinya dan mau membantu kura kura terbang. Kemudian angsa mencari akal dengan sebilah kayu, kura-kura disuruh mengiggit bagian tengah kayu tersebut dan kedua angsa akan memagut kedua ujungnya dan membawa terbang, tetapi dengan syarat kura-kura tidak boleh kendor gigitannya dan tidak boleh berbicara apapun yang terjadi selama dalam perjalanan. Jika syarat itu tidak dipatuhi maka kura-kura tidak akan pernah sampai di tujuan dan akan mati. Kura-kura sanggup, maka merekapun terbang menuju telaga tersebut.
Burung pelikan mengambil ranting pohon dan menggigit bagian tengah ranting tersebut, sedangkan kedua kura kura menggigit di sebalah kiri dan kanan dari ranting dan kemudian mereka terbang. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan srigala, srigala menertawai kura kura karena tidak punya sayap tetapi ingin terbang. Kura kura marah dan ingin membalasnya dengan membuka mulut dan lepaslah gigitan di ranting. Akhirnya kedua kura kura jatuh, dan serigala merasa senang kemudian membunuh dan memakan kedua kura kura tersebut.
Adapun Pesan moral yang ingin di sampaikan dari relief ini adalah tentang keteguhan hati dimana ketika kamu mempunyai mimpi atau keinginan, tetaplah fokus kepada mimpi tersebut dan jangan pernah hiraukan ucapan ucapan orang di sekitar yang ingin menjatuhkan kita.
Referensi
- Cerita di candi jago kura kura dan angsa https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/cerita-
- Membaca Relief Kambing di Candi Jago
- Membaca Relief Ular dan Katak di Candi Jago
- Relief Orang Tak Tahu Diri
- Relief Kera dan Penyadap Enau di Candi Jago
- Ojo Ndeso! Begini Cara Peziarah Kuno Membaca Relief Borobudur