Kampung Pecinan merupakan kumpulan pemukiman dari etnis Tionghoa, yang tersebar secara luas hampir di seluruh wilayah di dunia. Perkampungan ini terbentuk melalui arus migrasi yang intens dari orang-orang Tionghoa sejak masa lalu secara bergelombang. Jalur migrasi yang cukup jauh, ditambah berbagai kesulitan yang mereka alami selama dalam perjalanan telah membentuk ikatan emosional yang cukup kuat diantara para imigran ini, yang terlihat dari kuatnya rasa persaudaraan diantara mereka ketika sampai di tempat tujuan, bahkan hingga ratusan tahun setelahnya.
Di sejumlah lokasi yang mereka singgahi, para imigran ini mampu bekerjasama dengan para penguasa lokal, sehingga mereka diperbolehkan untuk mendirikan pemukiman, yang lambat laun berkembang menjadi sebuah perkampungan, salah satunya terdapat di Kabupaten Gresik. Para etnis Tionghoa ini tidak hanya membawa dan memelihara budaya asli mereka, akan tetapi juga terjadi silang budaya melalui asimilasi, inkulturasi dan akulturasi dengan kebudayaan masyarakat setempat atau bahkan dengan kebudayaan kampung etnis lain, seperti misalnya dengan Kampung Arab.
Salah satu bangunan bersejarah di Kampung Pecinan, Pulopancikan Gresik yang masih terawat hingga saat ini adalah Kelenteng Kim Hin Kiong. Kelenteng ini dibangun berdekatan dengan pelabuhan sebagai tempat pemujaan kepada Dewi Mak Co.
Kelenteng Kim Hin Kiong merupakan satu-satunya bangunan kelenteng yang terletak di pusat kota Gresik. Bangunan ini diduga didirikan pada 1 Agustus 1153 oleh orang-orang Tionghoa, baik yang sudah lama menetap maupun para rantau di Kota Gresik. Bangunan ini pada saat itu dibuat melalui arahan para ahli bangunan yang didatangkan dari daerah Guangdong, China daratan